• Tuesday, March 5, 2019

      Makanan Pengganti Nasi Rendah Gula

              Makanan pokok adalah makanan yang menjadi gizi dasar. Makanan pokok biasanya tidak menyediakan keseluruhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, oleh karenanya biasanya makanan pokok dilengkapi dengan lauk pauk untuk mencukupkan kebutuhan nutrisi seseorang dan mencegah kekurangan gizi. Makanan pokok berbeda-beda sesuai dengan keadaan tempat dan budaya, tetapi biasanya berasal dari tanaman, baik dari serealia seperti beras, gandum, jagung, maupun umbi-umbian seperti kentang, ubi jalar, talas dan singkong. Roti, mi (atau pasta), nasi, bubur, dan sagu dibuat dari sumber-sumber tersebut. 

      Kami pemakan nasi bukan pemakan gandum dan produk olahannya, atau yang lainnya. Itu karena saya lahir dan dibesarkan di Pulau Dewi Sri di Indonesia. Jadi, makanan pokok kebanyakan orang di lingkungan kami adalah nasi dari beras yang diolah dari gabah yang dipanen dari tanaman padi. Di tempat berbeda bisa jadi makanan pokoknya berbeda pula. Di beberapa daerah kering di Jawa dan Nusa Tenggara, ada yang menjadikan jagung sebagai makanan pokok. Ada pula yang menjadikan olahan singkong sebagai makanan pokok. Di Indonesia Timur lainnya, ada pula yang makanan pokoknya papeda -semacam bubur- yang merupakan olahan tepung sagu. Ada pula yang makan ubi sebagai makanan pokoknya.
      Di belahan dunia yang lain, banyak yang menggunakan olahan gandum misalnya roti atau mie sebagai makanan pokok. Di beberapa wilayah di Afrika, makanan pokoknya adalah fufu dan akpu, yang merupakan olahan dari singkong. Ada pula yang memakan semovita dari tepung beras.
      Untuk lebih mengetahui tentang hasil petanian tanaman pangan berikut merupakan makanan pokok pengganti nasi, yaitu;

      1. JAGUNG


           Jagung (Zea mays), adalah jenis tanaman padi-padian yang berasal dari Amerika. Tanaman jagung sampai ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Spanyol. Jagung dapat tumbuh di daerah tropis maupun daerah sub tropis. Jagung ditanam di ladang, tegalan dan sawah pada musim kemarau. Kadang-kadang jagung juga ditanam sebagai tanaman sela/tumpangsari di lahan perkebunan. Jagung tumbuh sangat baik di daerah berketinggian 0-1500 meter di atas permukaan air laut.
      Jagung merupakan bahan makanan pokok bagi sebahagian penduduk Nusa Tenggara Timur, Madura, dan Minahasa. Biji jagung yang sudah masak berwarna kuning atau ungu. Butir jagung dapat dibuat tepung atau pati jagung, yang disebut Maizena. Tongkolnya yang sangat muda dapat dimakan sebagai lalap, sayur, atau acar. 
          Tanaman jagung yang masih muda juga sangat baik untuk makanan ternak. Daun pelindung tongkol yang sudah kering (kelobot) dapat digunakan untuk penggulung rokok atau pembungkus dodol.

      2. KETELA POHON
        

          Ketela pohon (Manihot asculenta atau Manihot utilissima), disebut juga ubi kayu atau singkong. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan. Ketela pohon banyak ditanam di lahan kering dengan jenis tanah yang gembur. Tanaman ini dapat hidup di daerah-daerah dengan musim kering yang lunak hingga sangat kering. Pada dataran rendah, ketela pohon banyak ditanam pada ketinggian 0-4500 meter di atas permukaan laut. Ketela pohon dimanfaatkan sebagai makanan pokok pengganti beras atau jagung, khususnya bagi penduduk di Kabupaten Gunung Kidul (Daerah Istimewa Yogyakarta).
          Umbinya dapat dibuat tepung tapioka atau gaplek yang sebagian besar di ekspor ke Jepang. Selain itu umbinya dapat dibuat tape melalui proses peragian, tape di Jawa Barat dikenal dengan nama peuyeum. Daunnya yang masih muda dapat dimakan sebagai lalap dengan direbus terlebih dahulu, atau dijadikan sayur. Daerah penghasil ketela pohon di Indonesia adalah Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara.

      3. UBI JALAR
        

           Ubi jalar (Ipomoea batatas L.), adalah jenis tanaman semak yang berasal dari Hindia Barat. Tanaman ini sampai ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Spanyol. Ubi jalar cocok ditanam di daerah ketinggian 0-2000 meter di atas permukaan air laut. Ubi jalar disebut juga ketela rambat. Umbinya dapat dimakan dan merupakan makanan pokok penduduk Papua Bagian Tengah. Bagi penduduk daerah lain di Indonesia, ubi jalar merupakan tambahan. Daunnya juga dapat dimakan sebagai sayuran.
      Daerah utama penghasil ubi jalar di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan. 
          Ubi jalar merupakan komoditas penting di Papua karena merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di pedalaman, terutama di daerah pegunungan, selain sebagai makanan babi. Di beberapa lokasi, peran ubi jalar sangat strategis, baik dari aspek ekologi maupun sosial ekonomi. Hal ini karena peluang untuk mendapatkan komoditas substitusi ubi jalar sebagai bahan pangan relatif kecil. Selain ubi jalar, secara ekologis sangat sedikit tanaman pangan yang mampu beradaptasi dan berproduksi dengan baik dengan teknologi sederhana pada ketinggian 1.650−2.700 m dpl., seperti di kawasan lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya. Ubi jalar dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun, hasil ubi jalar di dataran rendah (< 500 m dpl.) lebih tinggi daripada di dataran tinggi (> 900 m dpl.). Suhu udara yang dingin di dataran tinggi menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kurang optimal. 
          Produksi ubi jalar di Papua dari tahun ke tahun cenderung menurun. Penurunan tersebut antara lain disebabkan makin berkurangnya luas panen. Namun, produksi tersebut masih jauh di atas tingkat konsumsi. Pada tahun 2007, produksi ubi jalar di Papua mencapai 101.710 ton, sementara konsumsi total hanya 31.125 ton dan konsumsi per kapita 38,36 g/hari. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan ubi jalar masyarakat Papua tercukupi oleh produksi lokal, dan bahkan lebih. Kelebihan produksi tersebut menjadi suatu tantangan untuk memanfaatkan ubi jalar menjadi aneka produk olahan yang memiliki daya saing tinggi. Pengembangan ubi jalar khususnya di Kabupaten Jayawijaya dibedakan antara untuk bahan pangan manusia dan pakan babi. Varietas ubi jalar untuk bahan pangan dibudidayakan dengan cara khusus, serta memiliki kadar pati tinggi dan rasa manis. Varietas dengan rasa umbi kurang enak dan kandungan seratnya tinggi, serta umbi yang kecil atau rusak digunakan untuk pakan babi. Terdapat puluhan bahkan ratusan jenis ubi jalar yang sesuai untuk konsumsi manusia dan dibudidayakan berdasarkan kondisi agroekosistem setempat.

      4. TALAS



          Talas (Colocasia esculenta), Talas merupakan makanan pokok penting di daerah Ayamaru dan Biak Barat. Rochani (1996) melaporkan, 64% masyarakat Ayamaru mengonsumsi talas sebagai makanan pokok. Meskipun masyarakat di daerah lain di Papua juga mengonsumsi talas, sifatnya hanya sebagai pangan alternatif. Beberapa puluh tahun yang lalu tanaman ini dominan di daerah perbatasan Indonesia-Papua Nugini, namun kini kedudukan talas mulai tergeser oleh ubi jalar. Produksi talas di Papua menurun drastis dari 3.739 ton pada tahun 2003 menjadi 689 ton pada tahun 2005. Namun, data Badan Bimas dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua menunjukkan, pada tahun 2007 produksi talas Provinsi Papua mancapai 7.014 ton dengan total konsumsi 5.022 ton. 
          Hal ini menunjukkan bahwa produksi talas mencukupi kebutuhan untuk konsumsi masyarakat. Tanaman talas tersebar pada berbagai agroekosistem, mulai dari dataran rendah sampai tinggi dan dari lahan basah sampai lahan kering. Berdasarkan kesesuaian agroekosistem, dijumpai beragam kultivar talas. Genotipe talas di Papua sangat beragam dalam sifat morfologi, umur, dan potensi hasil. Pada umumnya sifat-sifat liar talas masih jelas terlihat bila dibandingkan dengan jenis talas yang diusahakan di Jawa. Beberapa kultivar berdaya hasil tinggi tersebut merupakan suatu potensi untuk mendapatkan verietas yang berdaya hasil tinggi dan memenuhi preferensi konsumen. Pada setiap agroekosistem di Papua ditemukan beberapa jenis talas dengan Bentuk daun Segitiga. Posisi daun Tegak, ujung Tegak, ujung menghadap ke bawah, warna helai daun Hijau kekuningan. Hijau Warna persimpangan petiol hijau ungu kuning warna utama tulang daun hijau kuning putih, pola tulang daun bentuk Y. Lapisan lilin daun tinggi, warna pelepah daun ungu kuning kehijauan.

      5. SAGU
        

         Sagu (Metroxylon sp.), merupakan bahan pangan utama bagi masyarakat Papua yang tinggal di daerah pesisir. Daerah pesisir yang berair atau rawa merupakan tempat tumbuh berbagai jenis sagu. Pohon sagu di Papua tumbuh secara alami tanpa tindakan budi daya dari penduduk setempat. Di Papua ditemukan 20 jenis sagu dan dapat dibagi ke dalam empat kelompok genetik. Terlepas dari perbedaan jumlah aksesi sagu yang dilaporkan, di Papua ditemukan berbagai jenis sagu dengan potensi hasil yang berbeda-beda. Penyebaran pohon sagu terbesar di Papua, baik jenis maupun luasannya, terdapat di Sentani, Kabupaten Jayapura. Hutan sagu umumnya tumbuh secara alami. Namun sebagian petani mulai menyadari pentingnya pelestarian hutan sagu sehingga mereka mulai melakukan kegiatan budi daya. Areal sagu di Provinsi Papua termasuk Papua Barat yang telah dimanfaatkan baru sekitar 14.000 ha, atau 0,34% dari potensi yang ada.
      Dengan demikian, pemanfaatan sagu sebagai sumber pangan alternatif bagi penduduk maupun untuk kebutuhan industri sangat menjanjikan. Produksi sagu di Papua jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan untuk konsumsi. Salah satu wilayah pusat pertumbuhan sagu alam di Papua terdapat di sekitar Danau Sentani Kabupaten Jayapura, dengan luas 4.000−5.000 ha. Pada wilayah ini ditemukan beberapa aksesi sagu yang memiliki produktivitas tinggi. Miyazaki (2004) melaporkan, beberapa aksesi sagu di Sentani menghasilkan pati cukup tinggi.
          Sagu dikonsumsi sebagai menu sehari-hari dalam bentuk papeda basah maupun papeda kering/bungkus. Papeda basah adalah gelatin sagu dan dikonsumsi dengan dicampur kuah ikan dan sayuran. Papeda kering/bungkus adalah gelatin sagu yang dibungkus dengan daun fotofe (nama lokal), yaitu sejenis pisang-pisangan. Pembuatan papeda kering/bungkus biasanya dilakukan apabila penduduk hendak bepergian seperti berburu, karena lebih tahan disimpan dibandingkan dengan papeda basah. Pemanfaatan pangan lokal Papua sebagai sumber pangan alternatif disajikan pada. Pembuatan gelatin sagu dilakukan dengan mencampur tepung sagu dengan air mendidih sambil diaduk. Perbandingan antara tepung sagu dan air mendidih adalah 1 : 2, yaitu 1 kg pati sagu ditambahkan dengan air mendidih 2 liter. Dalam skala industri rumah tangga, terutama di perkotaan, sagu diolah menjadi aneka kue kering.

      6 GEMBILI


       Gembili (Dioscorea sp.), berbagai jenis gembili ditemukan di kebun petani di Papua. Spesies yang paling banyak adalah D. alata dan D. esculenta. Gembili biasanya ditanam dalam jumlah terbatas, meskipun penduduk sangat menyukainya. Hal ini disebabkan ketersediaan bibit terbatas dan umur panennya agak lama, yaitu 7−9 bulan. Gembili dikonsumsi dalam bentuk gembili rebus atau bakar, meskipun dapat pula diolah menjadi berbagai kue atau kolak gembili. 
      (Gambar . Pertumbuhan gembili di Merauke, Papua.)

      Gembili belum dikembangkan sebagai industri rumah tangga, karena selain produksinya terbatas, pengetahuan petani dalam penganekaragaman produk gembili masih rendah. 
      Tanaman gembili tersebar di beberapa wilayah Papua, terutama di Merauke. Suku Kanum di Merauke sebagai salah satu sub suku Marind yang mendiami Taman Nasional Wasur mengonsumsi gembili secara turun-temurun sebagai makanan pokok. Namun saat musim paceklik atau belum memasuki masa panen gembili, penduduk melakukan kegiatan berburu dan sebagai pangan alternatifnya adalah sagu dan pisang. Sistem budi daya gembili sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat suku Kanum karena mempunyai nilai budaya yang tinggi, yaitu sebagai mas kawin serta pelengkap pada upacara adat. Tanpa gembili, suku Kanum tidak dapat melaksanakan pernikahan. 
      Dengan demikian, budi daya gembili bagi suku Kanum merupakan suatu keharusan. Tingginya perhatian masyarakat suku Kanum terhadap gembili merupakan peluang sekaligus tantangan untuk mengembangkan gembili di masa mendatang. Masyarakat suku Kanum membudidayakan berbagai kultivar gembili, menamakan kultivar gembili berdasarkan karakter morfologi umbi. Sistem budi daya bergantung pada jenis gembili yang ditanam. Umumnya gembili dibudidayakan dengan menggunakan tajar dari bambu dengan tinggi 2,50−4 m. Untuk menjamin keberlanjutan konsumsi, gembili yang dipanen disimpan di suatu tempat dalam rumah kecil yang diberi nama keter meng. Rumah kecil tersebut terbuat dari bambu dan beratapkan kulit kayu bus (Melaleuca sp.) agar gembili terhindar dari sinar matahari langsung.

      7. JAWAWUT

        
          Jawawut (Setaria italica sp.) Jawawut merupakan sejenis tanaman serealia yang banyak dijumpai di Biak Numfor, dengan nama lokal pokem atau gandum Papua. Tanaman ini meliputi lima genera, yaitu Panicum, Setaria, Echinochloa, Pennisetum, dan Paspalum, semuanya termasuk dalam famili Paniceae. Jenis jawawut yang ditemukan di Papua termasuk spesies Setaria italica (pokem ekor macan) dan Pennicetum glaucum (pokem ekor kucing). 
      (Gambar. Pertumbuhan jawawut pada lahan kering di Biak Numfor, Papua.)

          Dari spesies tersebut ditemukan berbagai warna. Menurut masyarakat Biak Numfor dalam Rumbrawer (2003), ada lima jenis jawawut yang dijumpai di Biak Numfor, yaitu pokem vesyek (jawawut cokelat), pokem verik (jawawut merah), pokem vepyoper (jawawut putih), pokem vepaisem (jawawut hitam), dan pokem venanyar (jawawut kuning). 
      Bagi penduduk Biak Numfor, jawawut telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok dan komoditas adat. Rumbrawer (2003) menyatakan bahwa orang Numfor telah berabad-abad menggantungkan hidupnya pada budi daya jawawut sebagai pangan pokok selain umbi-umbian dan kacang hijau. Selanjutnya dinyatakan bahwa orang Numfor adalah penanam, penghasil, distributor, dan konsumen jawawut maupun kacang hijau sejak dahulu kala. Jawawut atau gandum Papua memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis gandum lainnya. Jawawut mengandung karbohidrat lebih tinggi, yakni 74,16% dibanding gandum (Triticum sp.) yaitu 69%). Ini menunjukkan bahwa jawawut berpotensi sebagai sumber pangan fungsional, terutama sebagai sumber energi. 
          Jawawut berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka memperkuat ketahanan pangan sebagai sumber karbohidrat pengganti beras. Jawawut memiliki keunggulan dibandingkan dengan tanaman sumber karbohidrat lain, seperti dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah termasuk tanah kurang subur, tahan kekeringan, mudah dibudidayakan, umur panen pendek, dan kegunaannya beragam. Petani umumnya menanam jawawut dengan sistem tambur benih secara langsung setelah lahan dibakar. Simanjuntak dan Ondikleuw (2004) melaporkan, hasil jawawut dengan cara tanam tambur benih secara langsung tanpa pemupukan lebih rendah dibandingkan dengan cara tanam pindah atau tambur benih secara larikan.




      DAFTAR PUSTAKA
      Budi, I.M. 2003. Pemanfaatan gandum Papua (pokem) sebagai sumber pangan alternative untuk menunjang ketahanan pangan masyarakat Papua. Aviable at : http://andy.web.id/makanan-pokok.php. accessed Oktober 2009. 

      Rumawas, F. 2004. Ubi-ubian sebagai salah satu pangan spesifik lokal dan strategi pengembangannya di Provinsi Papua. . Aviable at : http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=382&fname=materi03.html accessed Oktober 2009.

      Limbongan, J., A. Hanafiah, dan M. Nggobe. 2005. Pengembangan Sagu Papua. Aviable at : http://www.pustaka-deptan.go.id/inovasi/kl08081.pdf. accessed Oktober 2009.

      Ondikleuw, M., M.S. Lestari, Sudarsono, dan A.W. Rauf. 2008. Karakterisasi, Identifikasi, dan konservasi gembili di Papua. 
      Aviable at : http://hersynanda.blog.uns.ac.id/2009/04/19/diversifikasi-makanan-pokok-beras-jagung . accessed Oktober 2009.


      3 comments:

      Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
      Kesempatan Menang Lebih Besar,
      || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

      Permisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
      Kesempatan Menang Lebih Besar,
      || WA : +855964283802 || LINE : +855964283802

      Post a Comment

      Subscribe To RSS

      Sign up to receive latest news